Tampilkan postingan dengan label Holland. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Holland. Tampilkan semua postingan

Rabu, 11 Januari 2012

Bukan Babu Biasa

Jadi ceritanya, hanya dengan bermodalkan ijabsah ijasah saya tergabung dalam grup BBB. Bukan, bukan BBB yang dengan Rafi Ahmad itu, tapi ini BBB, Bukan Babu Biasa-karena kami semua berijasah, minimal S1 [ga penting]. Demi menjaga kelangsungan perut gendut dan penumpukan pernik-pernik tidak jelas, saya merelakan sepersekian waktu saya untuk bersih-bersih rumah majikan Belanda saya, sebut saja Ndoro Tuan dan Ndoro Nyonya. Lumayan lah, buat beli tambahan aluminum foil [emang situ debus ya, Mbaknya? makan aluminum foil?]. Di grup BBB ini saya mendapat tugas shift malam, dimulai kira-kira jam 7.30 sampai dengan selesai, kadang jam 9 kadang jam 9.15. Tergantung nasib. Jadi tugas saya pertama njemur cucian yg dicuci si mesin cuci, dan melipat baju yg sudah kering, kemudian membersihkan meja makan, dapur dan common room, termasuk masukin pirin-gelas-panci kotor ke mesin cuci dan kadang juga babysitting.


Seumur-umur nginem [halah, baru juga 4 bulan], baru malam ini tadi saya mendapat pengalaman buruk. 
Cerita dimulai saat saya masuk ke rumah majikan. Anak ke-5 (E) Ndoro saya [iya, mereka punya 5 orang anak!] yg berusia 2 tahun, tiba-tiba nangis pas ngeliat saya, trus merangkak ke common room dan jatuh gitu. Untung para Ndoro sekalian menyaksikan kejadiannya, bukan salah saya, Ndoro :)
Tambah nangislah bayi ini, ketika saya gendong biar ga nangis, tambah kenceng nangisnya... Maak... saya turunin lagi, eh dia tergesa-gesa menuju Ibunya, nangis lagi deh. Ya sudahlah nglanjutin tugas, eh, saya baru sadar ini rumah koq lantainya bertambah banyak ya dekorasinya? Remah roti, tanah, mainan printhil-printhil semua tersebar di lantai. Saya jadi was-was.



Segera saya berlari ke kamar mandi untuk ambil jemuran, ah, lumayan cuman dikit. Kibas-kibas, jemur-jemur, selesai. Trus saya melirik kamar tidur anak ke-3 (A), beruantakan! Deg. 'Jangan-jangan'...[zoom in-zoom out ala sinetron Endonesah] 'jangan-jangan ini rumah pagi tadi ga dibersihkan. Kalo bener berarti....' segera saya lari ke dapur dan JENG-JENG [zoom in-zoom out, mata membelalak], benarlah dugaan saya. Setumpuk piring-piring dan panci-panci bersorak melihat saya. Di meja makan, ada beberapa panci dan wajan serta piring dan gelas. Dan dua anak tertua sedang sibuk mainan dengan bahan printil-printil di atas meja makan juga. Great, tambah kacau. Eits, tapi it's not a big deal for me. Saya cuman senyum-senyum saja sambil ngecengin duo cowok cakep ini [HEY, mereka itu cuman 12 (Mr) dan 11(J) tahun, tante girang!! Sadar,euy!!]. Selama ini saya sudah makan asam garam tebu dan cabe dari dunia babu-membabu ini. CINGCAY!
Bener. Setelah setengah jam tenggelam dalam lautan pirin,gelas,wajan dan panci akhirnya saya berhasil menjejalkan mereka semua ke dalam mesin cuci piring dengan hanya menyisakan satu wajan guedhe. 



Dan drama pun dimulai. Anak ke-4 (Mj) yang manis merengek minta susu, 'Di-di-di-melk". Biasanya dia kalo ngeliat saya pasti minta ke saya (bukan sombong, anak kecil juga pinter tahu? Dia tahu kalo saya manis, baik hati, dan pintar selalu ngasih dia susu lebih banyak dari pada Papanya). Dan tiba-tiba si E juga nangis-nangis. Kemudian Ndoro Nyonya sadar kalo A dan Mj harusnya sudah tidur jam segitu, tapi ini belum tidur. Marahlah beliau, dan A ikutan nangis. Mj tetep bersikukuh minta susu. Rame bok!
Eh, sang kakak-kakak malah dengan bangga ikut teriak-teriak dalam keributan dengan mamerin hasil karya mereka menyusun printhil-printhil itu, 'Mama, kijk; Mama, kijk' [Mama, lihat]. 'Keik-keik, gundulmu cah bagus' batinku. 
Kena dampratlah mereka berdua, 'Hey ini sudah waktunya tidur, jangan main mulu!', kira-kira begitu deh, habis saya belum punya ijasah bahasa Londo, kawan. Dan, tahukan Anda sekalian apa yang dilakukan Ndoro Tuan? Maen komputer. Maen catur tepatnya. Oalah Ndoro... saya cuman bisa mengelus dada panci yang ga mau bersih-bersih ini dengan sikat. Shrek-shrek-shrek.
Hening. Ah, hening tiada angin di kala mendung itu berbahaya. Badai akan datang.
Ndoro Nyonya naik pitam sodara-sodara, melengking dari sudut kanan, memanggil Ndoro Tuan, lalu beberapa rentetan kalimat yang saya tidak paham. Di sdut yang satunya lagi Ndoro Tuan menimpali kalem, sambil teuteup maen catur, matanya saja tetep ke arah layar. Maak. 'Nengok, Ndoro, nengok. Nyonyah sedang PMS nih!' Meledaklah Nyonya, ga ngerti ngomong apa. 
'Ah, biasa, paling 5-10menit selesai.'
Tiba-tiba, ditengah adu mulut, Ndoro tuan yg tadinya kalem ikutan naik nadanya. 'Mati aku'
E tambah jerit-jerit. Mj ga tau ke mana. A nangis-nangis ga mau tidur, karena dua kakaknya belum tidur.
Aku ngelirik Mr dan J. Mereka sedang asyik... menyeterika mainannya. Memang itu mainan harus diseterika biar bisa berbentuk sesuai dengan yg diharapkan. 
Suasana hiruk pikuk. Ndoro Tuan belum beranjak dari depan komputer. E nangis-nangis di...eh, di mana E? Panik-panik, aku panik. Trus aku lihat, E lagi jalan tertatih-tatih... dan jatuh terduduk. Hah?
Kalo sedang ga ada perang aku pasti sudah teriak, Horray, E sudah bisa jalan!! Tapi...
'Hoa...' suara tangis E menggelegar, ditimpali suara teriakan Nyonya nyuruh Mj mandi di kejauhan.
Entah bagaimana Nyonya tiba-tiba berada di common room dan melihat Tuan masih di depan komputer. 
Sumbu granat terlepas sudah...
Nyonya marah besar... teriak-teriak ga keruan. Nyebut-nyebut 'vijf kinderen' (5 anak)... Aku pura-pura nggosok wajan yang makin tepos ini...
Aku lirik Mr dan J, mereka sepertinya [pura-pura] tidak dengar, seperti saya. 
Akhirnya Tuan gendong E keluar, Nyonya masih marah-marah. 
Segera saya melanjutkan tugas, bersih-bersih common room. 
Adu mulut ganti setting di ruang lain, entah di mana, saya ga berani melirik.


Tiba-tiba si tengil J ilang, tinggal Mas Mr yang cakep dan cool ini [hey ingat anak 12 taon!!]
Dia cuman muter-muter ga jelas di common room.
Pengen deh saya bilang, 'Are you OK', karena bagaimanapun dia sudah besar dan bisa denger apa yg orang tuanya teriakkan. Saya saja yg ga tau Boso Londo, bisa menangkap kira-kira apa yang mereka ributkan. Duh, Mbakyu turut sedih Mas Mr, sini-sini sama Mbakyu [hiiih, teuteup!]


Setelah beberapa saat, perkelahian mereda.
Ternyata Ndoro Nyonya pergi ke rumahnya. Iya, jadi rumah Ndoro Tuan itu ada di atas rumah Ndoro Nyonya. Mereka tinggal di satu gedung, tapi beda rumah, walau ndoro Nyonya jg sering tidur di rumah Ndoro Tuan,...mungkin. 
Lega-lega, selesai, ayo, cepet selesai nyapunya... walah, apa ini, sticker? Sticker koq ya ditempel di lantai to Ndoro, kenapa engga ditempel di dahi saja? Mana susah lagi diambil... Grrr
Sedang asyik-asyik melepas sticker, Nyonya masuk ke rumah lagi. Langsung masuk kamar mandi, di mana ada E, Mj dan Tuan juga. Lalu... marah-marah lagi.
Sudahlah, cepet beresin ni kerjaan lalu kabur.
Selesai semua, liat-liat dapur lagi. 'Duk-duk-duk' Mati aku, jangan-jangan tadi salah nempatin gelas di mesin cuci ya? 'Duk-duk-duk' 
'Mama, J mukul-mukul dinding pake palu', Mas Mr teriak. 
Aku ngintip kamar J.Aduh, dik, jangan frustasi dong. Tambah keras teriakkan kedua Ndoro. Tiap kali Nyonya teriak, Mj nangis. Tiap kali Tuan teriak, E yang nangis kalap. 
Ya sudahlah, pulang-pulang! Pas mau ambil tas, tiba-tiba pintu kamar mandi dibuka.
Hah. Mati kon. Ga isa bali. Ga bisa pulang. mati aku.
Kalau saya pulang, saya harus melewati kamar mandi di mana ada Ndoro-ndoro yang sedang perang. Dan Ndoro tuan sedang ada di dalam bak mandi. Naked. Tengsin dong saya.
Gimana ini-gimana ini. Gimanaaaa.... gimana.... gimana... [malah nyanyi lagunya Ayu Ting-ting!]
Mas Mr masuk common room lagi, saya pura-pura sibuk. Tapi sibuk apa? Oh, mbersihin sticker saja. Ide bagus. Gosok-gosok lantai. Sambil lirik ke arah tengah, sapa tau pintu kamar mandi ditutup. Tapi yang ada adu mulut makin kenceng, Mj dan E nangis jg tambah kenceng. 
Hoy, saya mau pulang nih! 
Setelah kira-kira 15 menti menunggu tanpa hasil,
dengan ilmu mlipir yang diajarkan oleh Mbah Sinto Wirowiyoso, saya memberanikan diri untuk berkelebat secepat kilat pergi ke pintu depan. Saya kumpulkan semua keberanian. Hush-hush, Mas Mr kami memang cakep, tapi lebih cakep lagi kalo masuk kamar saja, desisku.
Eh, bener Mas Mr masuk kamar. Seeeep. 
Akhirnya saya berkelebat bagai tendangan tanpa bayangan Wong Fei Hung.
Pake sepatu rasanya jadi seminggu, karena was-was sapa tau tiba-tiba Nyonya pergi ke rumahnya. 
Mau bilang apa aku kalo ketemu mata.
Begitu berhasil menjejalkan kaki ke sepatu, turun tangga, kabur dengan speda secepat kilat.
Di jalan saya ber-'aaahh'-'eeehhh'-'oooh' ga jelas, sampai orang yang nunggu lampu merah di sebelah saya melirik ga jelas. Biarin ga kenal ini.


Duh, malam yang ga bakalan ku lupa nih. 







Kamis, 24 Februari 2011

A Little City Called WAGENINGEN

Here are some conversations:
conversation one: me and cousin:
Cousin : dek, jadi berangkat ke Belanda kapan?
Me : tgl 24 dini hari Mbak/Mas, jd 23 malam sdh harus ke bandara.
C : Good luck ya. Btw, ke kota mana nih
M : Wageningen.
C : Oooo... [tanda engga mudeng]

conversation two: me and my boss
M : Pak S****, saya keterima beasiswa NFP, Pak
B : Wah, selamat! Belanda ya? Keterima di Universitas mana?
M : Wageningen
B : Wah, selamat..! Selamat hidup dengan sapi-sapi, menikmati pedesaan, jauh dari peradaban kota.
M : Saya suka sapi koq Pak [jawaban ngasal]

Wageningen, have you ever heard about this town?
For you who study in natural science, may be you heard about it once or twice, about the University. Well, the Wageningen University and Research Center is really well-known for life science students. But not about the city. I never know about the city before. I got little story about the city from my boss-wife who spent 4 months here for her Post-Doc. But I think it's not enough.

If you ask me about Wageningen in words, I will say: suburb, farms, silent, cold, beautiful. I love it!
Just judge it yourself by these photos, please
the crossroad

me, in front of our temporary house

the housing

unique residence

the water canal

the centrum

when a story begin...

It's been so long I didnt share anything in this blog.
Lazy? I am. But at least I have a really big happy story (at least for me)

started in the first week of December. 
Saturday afternoon...
The next day I had to play organ for Sunday Mass Service, but I felt so dizzy that day.
Suddenly, my phone rang. Text came in. "Akhirta Atikana sent you a message" that's what my phone wall said. 
I opened it. "Es, ikutan NFP kan? Sudah lihat pengumuman. Dikirim lewat email." I replied, "Ya, mbak... aku check inbox dulu." With a big headache i checked my inbox via phone. The letters turned my eyes out. [ok, lebay emang]. Ok, somebody from Wageningen University sent me an email about the scholarship. And the announcement was in attachement. I downloaded it, opened it, nothing happened. 
I texted Mb Tika, "Mb, ga bisa baca attachementnya lewat HP" she replied "sama". Probably if I didnt have any headache I would be laugh, but it didnt happen. My head was spinning.
I tried to forward the mail into my gmail. Sent. Did it. I opened the attachment.
I read it. And I didnt understand what the letter mean. Crazy. I was am.
I texted mb Tika, asking what's the meaning. She reply,"You did it! Congraaatsss!"
What I did? Congrats what? Am I succeed in this scholarship. Still couldnt cant believe it.

Shortly, we-me and Mb Tika, were succeed in NFP scholarship. We spent almost two months full of energy and struggle to fulfill the requirements to go to Holland, The Netherlands. Spent lots of energy, time and money. Yes. em-oh-en-i-way.

January 23 24, early morning, we departed from Soekarno-Hatta Airport after waiting for 6 hours. The flight was delayed and rescheduled. We supposed transited in Dubai and arrived at Schiphol in the mid day. But it was delayed, and we had to transit in Dubai and Venice, Marcopolo Int'l airport. And then, we arrived at Schiphol 8.30 PM. I couldnt open my eyes during flight from Venice to Amsterdam. 

Lost in Marco Polo Int'l Airport
Arrived at Schiphol, our friends Pandu and Eliyah were ready to guide us to Wageningen, accompanied by Dani and Bang Joe, all of them are from PPI Wageningen. Stepping my foot at Wageningen, it was 11.30 PM at Holland, or 5.30 AM at Indonesia. Almost 24 hours trip but we could still be awake. Amazing! Thanks to endorphin and adrenalin. The PPI welcomed us with little party at Eliya's room in Bornsesteeg. Thanks guys!

Welkom bij Wageningen
a journey is about to begin
wish me luck!