Tampilkan postingan dengan label refleksi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label refleksi. Tampilkan semua postingan

Minggu, 11 Desember 2011

STRONGHEARTed ❤

Banyak teman yang bertanya, "Bagaimana mengatasi kangen dengan pacar?" Saya hanya menjawab dengan senyum. "Berapa kali seminggu berkomunikasi dgn pacar? Lebih suka chat lewat YM, FB atau video call pake skype atau telpon?" Lagi-lagi hanya senyuman yg bisa saya berikan. Dan akhirnya saya bilang bahwa sudah lama tidak bercakap-cakap dgn sang pacar. Jangankan video call atau telepon, sms saja jarang sekali. Je-A-Rang. Jarang. Banget.
Maka gemparlah teman-teman saya, mereka bilang saya pacar yang kejam. Hahaha, akhirnya terbuka juga kedok kekejaman saya. 

Tapi memang begitulah gaya pacaran kami. Kangen, pastilah. Tapi kami tidak memaksakan diri. Kalo kami kurang berkomunikasi bukan berarti hubungan kami merenggang dari yang lalu. Yang lalu juga begini adanya. Wuah, pasti kami orang yang tabah banget ya?! Mmm, ga juga.
Bisa dibilang saya bukan orang yg gampang kangen. Sejak kecil saya sudah sering ditinggal Ayah saya keluar kota, bukan hanya seminggu dua minggu kadang sebulan, dua bulan dan yang terlama empat bulan, atau lebih. Saya bahkan sudah tidak ingat. Kemudian Kakak saya juga memutuskan untuk sekolah jauh dari rumah sejak SMA. Dia memilih untuk bersekolah di asrama, padahal sejak kecil saya selalu membuntuti Kakak saya. Bukan, keluarga kami bukan keluarga brokenhome; keluarga saya baik-baik saja kok. Sangat baik, malah. Ayah saya seorang konsultan yang mengharuskan beliau mondar-mandir keliling Indonesia dan mengikuti berbagai training di luar negeri. Kakak saya, mungkin karena ingin mengikuti jejak sukses Ayah, teracuni untuk sekolah asrama tempat Ayah dulu sekolah. Jadilah saya besar dengan rasa kangen yang menumpuk dan membuncah di hati.  Mungkin karena itu saya jadi sudah kebal dengan rasa kangen. Seperti saya sudah kebal dengan rasa sakit sariawan. Rasa sakit itu masih ada, tapi tidak sampai menyiksa saya. Umm, atau saya menikmati rasa sakit itu sampai saya tidak menganggapnya sakit lagi. Entah mana yang benar, saya sendiri juga tidak mengerti.

Alasan kedua, karena saya tahu bahwa jauh di seberang sana, sang pacar selalu mendoakan saya; supaya saya kuat, supaya saya menjalani segalanya dengan lancar, supaya saya mampu bertahan dengan segala tantangan dan halangan yang ada. Bagi saya, doa hanyalah akan menjadi ucapan saja, saat saya yang didoakan tidak mengusahakan sesuatu untuk membantu tercapainya doa itu. Ibu saya selalu berpesan bahwa sebagai orang tua pastilah Ayah dan Ibu saya selalu mendoakan yang terbaik bagi anak-anaknya. Tapi kalo kami sendiri tidak berusaha (belajar mengenai kehidupan dan pengetahuan) pasti juga sia-sia belaka. We have to do the best and God will do the rest. Jadi saya mengharuskan diri saya untuk bisa menguatkan diri sendiri (kebetulan saya sudah kuat makan, hehehe). Menguatkan diri saat rasa kangen melanda, dan saya hanya bisa menatap layar kosong di laptop, karena pacar sedang tidur. Dan saya tidak mengirim pesan lewat HP karena hanya akan mengganggu tidurnya. Atau terkadang, melihat, mendengar suaranya hanya akan membuat saya tambah kangen saja. To be honest, I am not kind of a stronghearted person, but I am trying struggling to be the one.



Jadi teman-teman, jangan marah lagi ya kalau saya jarang ngobrol dengan pacar saya :)
Untuk menghibur teman-teman semua, silakan dinikmati lagu berikut ini: "Officially Missing You by Tamia" (memang nama penyanyinya bikin kangen maen Tamiya, hehe)


Sabtu, 15 Oktober 2011

The Journey

one of my friend posted this song on his FB wall
I like it!



The Journey - Lea Salonga

Half the world is sleeping,
half the world's awake
half can hear their hearts beat
half just hear them break

I am but a traveler, in most every way
Ask me what you want...to know

What a journey it has been
And the end is not in sight
But the stars are out tonight
and they're bound to guide my way

When they're shining on my life
I can see a better day
I won't let the darkness in,
what a journey it has been.

I have been to sorrow
I have been to bliss
Where I'll be tomorrow,
I can only guess

Through the darkest desert
Through the deepest snow,
Forward always forward, I go..

What a journey it has been
and the end is not in sight
But the stars are out tonight
and they're bound to guide my way

When they're shining on my life
I can see a better day
I won't let the darkness in,
what a journey it has been...

Forward, always forward...
Onward, always up...
Catching every drop of hope
In my empty cup

What a journey it has been
And the end is not in sight
But the stars are out tonight
and they're bound to guide my way

When they're shining on my life
I can see a better day
I won't let the darkness in,
what a journey it has been...

What a journey it has been...

Senin, 15 Agustus 2011

Gratitudes

when I was a little girl,
I dreamed to wear a white coat strolling the labs
I did


reading 'St Malory Towers'
I wanted to live in a little room of my own, with the view of a green nice little town along with forest and the sunset
I do live in one


when I watched 'Candy-candy'
I would like to have a tender, smart, goodlooking boyfriend who really loves me
I met him, and he is better than my expectation


when I grew up,
I dreamed to go abroad for some adventures
I do have them


in my prayers
I whisper, wishing a happy life
and I know that He always gives me happiness in every part of my life


Thanks My Jesus, Thanks Father
for give me the best, always
please let my heart share those happiness to others



Rabu, 10 Agustus 2011

Conversation with my self

DULU - aku bermimpi bisa sekolah sampai luar negeri. Terselip janji di hati, walau topan badai menghampiri aku kan berjuang mengusahakan setiap peluang untuk mewujudkan impian. Semangat yang tak pernah henti berkobar, membakar setiap ruas sendi. Ku kan berjuang untuk kembali belajar mencari ilmu, menghayati peran hayati di bumi. Di sekolahku kelak, ku kan rajin belajar. Aku tahu rintangan besar yang selalu menghadang, tapi kan ku anggap itu tantangan untuk diterjang. Optimis, idealis [Idealis? ini mah nama pemilik student house yg kutempati]

KINI - Duh, susah banget ya kuliah pake bahasa Inggris. Dijelasin ama dosennya pake bhs Indonesia pun mungkin aku ga ngerti. Aku ga tau dasar kuliah ini-itu, tapi males banget baca ini itu. Ngiri sama temen-temen yang lain, yg casciscus capcus ngomong enggris, langsung manggut-manggut pas dijelasin.
Duh, kenapa sih ini udara dingin terus, katanya udah semi bahkan sekarang masuk musim panas, tapi tetep aja dingin, abu-abu, kelam.
Hey you! STOP COMPLAINING! Janji ya jangan komplen-komplen lagi. Kalau sedang down, harus ingat bagaimana dulu susahnya mendapatkan yg dicita-citakan. Jangan sampai berlalu percuma. TETAP SEMANGAT!
Complaining is silly. Either ACT or FORGET! (by Sagmeister Inc.)

Senin, 01 November 2010

Belajar Bencana Alam

Indonesia minggu-minggu terakhir ini sering dikunjungi bencana alam. Gempa bumi disusul tsunami dan erupsi gunung Merapi tidak henti-hentinya diberitakan di media massa. Bahkan kabar terakhir menyebutkan 18 gunung berapi di Indonesia waspada, 2 siaga dan satu awas. Rasa-rasanya sewaktu-waktu Indonesia bisa 'meledak'.

Ada yang mengatakan bahwa ini adalah jeweran dari Yang Maha Kuasa karena bangsa ini sudah penuh dengan dosa. Tapi saya sependapat dengan Clara Ng yang melalui twitternya, "Mengatakan bahwa bencana alam akibat dosa adalah mengejek para masyarakat yg tertimpa musibah dan meninggikan diri sbg yg terluputkan.(@clara_ng, 26Okt2010)".
patut disadari bangsa Indonesia, bahwa negara kita merupakan daerah rawan bencana alam, khususnya gunung meletus, gempa bumi dan tsunami. Seperti yang sering didengung-dengungkan, bahwa Indonesia dilalui oleh Cincin Api Pasifik, rangkaian gunung berapi. Bahkan diperkirakan Indonesia mempunyai jumlah gunung berapi aktif paling banyak di dunia.  Dan letak kepulauan Nusantara di antara 2 lempeng yang aktif, Lempeng Eurasia dan Australia menyebabkan negara kita sering diguncang gempa. Gempa yang berpusat di lautan dangkal sering sekali berpotensi tsunami. Waduh, lengkap deh!

Alangkah baiknya kita menyadari posisi kerawanan tersebut. Belajar mengenai kondisi tanggap darurat adalah salah satu langkah nyatanya. Bagaimana menghadapi peristiwa gunung meletus? Apa yang harus dilakukan saat terjadi gempa? Apakah kita masih tetap pontang-panting menyelamatkan diri saat ada isu tsunami satu jam setelah gempa (seperti yg dulu pernah terjadi di Jogja)? Kapan kita harus mengevakuasi diri dan keluarga? Ke mana kita bisa evakuasi? Sepertinya banyak hal yang harus dipelajari bukan?
sepertinya di Indonesia belum ada international sign seperti ini



Berikut adalah beberapa link yang berguna untuk persiapan menghadi bencana alam 
gempa bumi:
tsunami:
letusan gunung (abu vulkanik):
[sepertinya saya harus menempel ini di dinding kantor saya, supaya bisa hapal di luar kepala].

Bukan hendak mengecilkan peran Tuhan Yang Maha Kuasa. Selain mempersiapkan segalanya, yang terpenting adalah kepasrahan kita dengan Sang Pencipta dan Penyelenggara Ilahi. Dengan kepasrahan padaNya, rasa panik bisa sedikit berkurang. 
Terus terang, bencana alam atau kejadian buruk apapun tidak termasuk dalam konsep saya mengenai hukuman Tuhan. Bagi saya manusialah yang menghukum sesamanya, mungkin konsep umumnya ada dalam Homo Homini Lupus, manusia adalah serigala bagi sesamanya. 
Bukankah banjir salah satunya disebabkan sistem pembuangan yang tidak baik atau menumpuknya sampah di sungai, erosi disebabkan gundulnya hutan, kebakaran hutan juga. Bukankah itu ulah manusia.
Anyway, tidak perlu mencari siapa yang salah. yang terpenting mulai belajar untuk waspada dan mulai mencintai lingkungan dari diri sendiri untuk ditularkan kepada yang lain.
Sperti kata Goethe, "Orang yang tidak dapat mengambil pelajaran dari masa tiga ribu tahun, hidup tanpa memanfaatkan akalnya..."

Let's learn, be safe!


Selasa, 19 Oktober 2010

When a While Takes Almost Whole


Sudah lama ga posting...
lots of excuse: waktu, ide, koneksi, or another social web (FB, Twitter, Pinterest)
hm, tapi yang terutama mungkin alasan NIAT-lah yang lebih memegang peranan penting.

Someone said, "Time flies by and never comes back". That's true! Ga ada yang menyangkal. Hanya saja kadang kita [mungkin hanya saya saja] sering tidak awas akan hal tsb. Namun beberapa waktu yang lalu, saya seperti tertampar [tersadar]. Tepatnya sekitar dua minggu yang lalu.

Rabu sore saya menjemput seorang teman yang sedang mengambil liburan dari studi di Jerman. Terjebak dalam kemacetan di dalam Bus Damri Bandara, saya sedikit melamun. It's been almost two years, ketika itu saya mengantar dia berangkat ke Jerman. Saat dia menangis haru, minta ditemani. Dan saya berjanji dalam hati akan bersungguh mencari cara untuk menyusul dia, walau mungkin tak di tempat yang persis sama. Well, I had those efforts. Struggling with some scholarships, tapi belum berhasil.

Dua tahun, dan saya masih di sini... mengerjakan hal yang sama. Bukan hanya 1 atau 2 teman yang saya lepas kepergiannya untuk mengembangkan diri mereka masing-masing. I am still me, as 3 years ago. Doing the same thing. Hasilnya pun belum bisa dikatakan berarti. Apakah saya stagnan? Apakah saya terlalu menikmati comfort zone? Semoga saya bisa menemukan jawaban atas pertanyaan saya dan memacu diri lagi.

Walau demikian, ada sedikit pemikiran positif dari pengalaman tersebut. Sempat terpikir untuk buka biro travel untuk pengantaran ke bandara khusus para peneliti yang mau berangkat studi atau training ke LN. Hahahaha!!!