Jumat, 03 Februari 2012

Di Bawah Merah Putih

by: Frans Toegimin*


di sini jalan hotmix mulus, tanpa lubang, banyak rambu-tambu

banyak jembatan, banyak pengaman tanpa sungai

di sana jalan berlumpur, tergenang air, banyak kubangan bercampur batu

... jembatan ambruk pejabat diam tanpa beraksi



di sini gedung mulus, bertingkat banyak bak di negeri mimpi

di sana gubuk reot dinding bolong dari kayu berduri

di sini bertebaran toko serba ada tempat membuang duit orang kaya

di sana warung kelontong hanya buka tiap hari selasa



di sini orang kaya membuang makanan dari sisa pesta tadi malam

di sana rakyat melarat mengais rejeki bercocok tanam

di sini wakil rakyat banyak tidur banyak rejeki

di sana banyak rakyat kerja giat kurang gizi



di sini mobil mewah untuk mengantar anak sekolah

minim penumpang, sopir pribadi mencari joki

di sana anak sekolah bergaluntungan di jembatan bubrah

sedikit lengah terjun ke kali, resiko mati



di sini gedung sekolah bertembok tebal bercat mahal

pendingin ruangan, dengan seragam berbahan impor

di sana gedung rusak untuk sekolah, tanpa buku tanpa sandal

dinding retak, kelas basah atap bocor
 
*) Penulis adalah lulusan SPG 'Van Lith', bekerja selama 37 tahun di LSM, seorang ayah yang sabar menghadapi protes-protes ketiga anaknya, seorang suami yg selalu rela mengantar jemput istrinya walau baru saja menempuh perjalanan sehari semalam dari pelosok Indonesia, seorang tetangga yang selalu hadir di Ronda tiap malam minggu hanya untuk sekedar mengobrol dengan para tetangga dan sepiring kacang rebus.

diposting dalam rangka bangga-nya seorang anak terhadap ayahnya