Senin, 01 November 2010

Belajar Bencana Alam

Indonesia minggu-minggu terakhir ini sering dikunjungi bencana alam. Gempa bumi disusul tsunami dan erupsi gunung Merapi tidak henti-hentinya diberitakan di media massa. Bahkan kabar terakhir menyebutkan 18 gunung berapi di Indonesia waspada, 2 siaga dan satu awas. Rasa-rasanya sewaktu-waktu Indonesia bisa 'meledak'.

Ada yang mengatakan bahwa ini adalah jeweran dari Yang Maha Kuasa karena bangsa ini sudah penuh dengan dosa. Tapi saya sependapat dengan Clara Ng yang melalui twitternya, "Mengatakan bahwa bencana alam akibat dosa adalah mengejek para masyarakat yg tertimpa musibah dan meninggikan diri sbg yg terluputkan.(@clara_ng, 26Okt2010)".
patut disadari bangsa Indonesia, bahwa negara kita merupakan daerah rawan bencana alam, khususnya gunung meletus, gempa bumi dan tsunami. Seperti yang sering didengung-dengungkan, bahwa Indonesia dilalui oleh Cincin Api Pasifik, rangkaian gunung berapi. Bahkan diperkirakan Indonesia mempunyai jumlah gunung berapi aktif paling banyak di dunia.  Dan letak kepulauan Nusantara di antara 2 lempeng yang aktif, Lempeng Eurasia dan Australia menyebabkan negara kita sering diguncang gempa. Gempa yang berpusat di lautan dangkal sering sekali berpotensi tsunami. Waduh, lengkap deh!

Alangkah baiknya kita menyadari posisi kerawanan tersebut. Belajar mengenai kondisi tanggap darurat adalah salah satu langkah nyatanya. Bagaimana menghadapi peristiwa gunung meletus? Apa yang harus dilakukan saat terjadi gempa? Apakah kita masih tetap pontang-panting menyelamatkan diri saat ada isu tsunami satu jam setelah gempa (seperti yg dulu pernah terjadi di Jogja)? Kapan kita harus mengevakuasi diri dan keluarga? Ke mana kita bisa evakuasi? Sepertinya banyak hal yang harus dipelajari bukan?
sepertinya di Indonesia belum ada international sign seperti ini



Berikut adalah beberapa link yang berguna untuk persiapan menghadi bencana alam 
gempa bumi:
tsunami:
letusan gunung (abu vulkanik):
[sepertinya saya harus menempel ini di dinding kantor saya, supaya bisa hapal di luar kepala].

Bukan hendak mengecilkan peran Tuhan Yang Maha Kuasa. Selain mempersiapkan segalanya, yang terpenting adalah kepasrahan kita dengan Sang Pencipta dan Penyelenggara Ilahi. Dengan kepasrahan padaNya, rasa panik bisa sedikit berkurang. 
Terus terang, bencana alam atau kejadian buruk apapun tidak termasuk dalam konsep saya mengenai hukuman Tuhan. Bagi saya manusialah yang menghukum sesamanya, mungkin konsep umumnya ada dalam Homo Homini Lupus, manusia adalah serigala bagi sesamanya. 
Bukankah banjir salah satunya disebabkan sistem pembuangan yang tidak baik atau menumpuknya sampah di sungai, erosi disebabkan gundulnya hutan, kebakaran hutan juga. Bukankah itu ulah manusia.
Anyway, tidak perlu mencari siapa yang salah. yang terpenting mulai belajar untuk waspada dan mulai mencintai lingkungan dari diri sendiri untuk ditularkan kepada yang lain.
Sperti kata Goethe, "Orang yang tidak dapat mengambil pelajaran dari masa tiga ribu tahun, hidup tanpa memanfaatkan akalnya..."

Let's learn, be safe!


Tidak ada komentar: